Jejak di Perdalam Baduy Dalam
Waktu itu adalah waktu yang
sangat bersemangat menurut saya, karena setelah pulang dari perkuliahan jam 5
sore saya dan rekan-rekan warga Asrama Sunan Giri bersiap-siap untuk pergi ke
Badui dalam rangka acara tadabur alam. Kami semua membawa bekal untuk
diperjalanan dan tentunya bekal untuk di Badui nanti. Dengan persiapan yang
sudah selesai, akhirnya kami semua berangkat sekitar jam setengah 6 sore.
Karena jarak tempuh yang sangat jauh, sehingga kami semua menghabiskan waktu
yang sangat lama diperjalan dimana dari mulai berangkat kami semua naik
kendaraan umum. Sekitar jam setengah 10 malam kami akhirnya sampai di stasiun
Rangkasbitung, tetapi kami semua bingung harus mencari tempat istirahat karena
pada waktu itu tidak ada lagi kendaraan umum yang ada untuk mengantarkan ke
daerah Ciboleger dikarenakan sebelumnya kami semua akan beristirahat disana dan
berangkat ke Badui dalam di pagi hari. Akan tetapi itu semua tidak berjalan
dengan lancar karena pada waktu malam itu tidak ada kendaraan umum yang berlalu
lalang dikarenakan sudah malam. Ada sebuah kendaraan umum pada waktu itu yang
siap mengantarkan kami semua ke daerah Ciboleger akan tetapi si supir dan
kernetnya memasang tarif yang begitu mahal kepada kami dengan alasan bahwa
tidak ada kendaraan umum lagi. Menurut saya itu semua tidak wajar, dimana
dengan beralasan seperti itu si supir beserta kernetnya itu memasang tarif yang
begitu mahal kepada kami. Akhirnya para senior berdiskusi dan memutuskan pada
waktu malam itu bahwa untuk beristirahat kita semua mencari sebuah mesjid atau
mushola dikarenakan waktu yang sudah larut malam dan kalau tetap memaksakan dan
menyanggupi si supir kendaraan umum tadi pasti akan menghabiskan bekal dengan
sia-sia karena perjalanan masih jauh. Sekitar 20 menit berjalan mencari mesjid
atau mushola, akhirnya kami menemukan mushola untuk kami beristirahat. Disitu
kami makan, shalat dan beristirahat untuk mengumpulkan tenaga esok hari. Jam 4
pagi, kami semua bangun dan bergegas mencari mesjid karena untuk keperluan
pribadi dan untuk bersembahyang subuh. Kemudian, setelah hampir setengah jam
menunggu akhirnya kami semua mendapatkan kendaraan untuk membawa kami menuju
Ciboleger. Da seampainya di Ciboleger, seperti orang-orang yang lain kami
sempatkan terlebih dahulu untuk mengabadikan di dekat tugu bersama rekan-rekan
semua sebelum memasuki pedalaman badui.
Kemudian setelah persiapan untuk
bekal diperjanan, kami semua bergegas menuju Badui dalam. Diperjalanan itu kami
semua dibimbing oleh seorang gaek atau pemandu jalan menuju Badui dalam dimana
tempat yang akan kami tuju atau untuk dijadikan tempat beristirahat adalah di
perkampungan Cibeo perdalaman Badui. Sepanjang jalan, saya sempat bertanya
kepada pemandu jalan tersebut tentang perbedaan Badui luar dan Badui dalam,
adat istiadatnya seperti apa, bahasa yang digunakan orang-orang Badui, cara
mereka bertingkah, dan menanyakan bagaimana cara mereka mencari makan setiap
harinya. Pemandu jalan itu dengan bersikap tenang menceritakan yang saya
tanyakan tadi dimana kata beliau perbedaan Badui luar dan Badui dalam adalah
tata cara berpakainnya dimana kalau Badui luar itu memakai baju berwarna hitam,
memakai ikat kepala berwarna biru dan pakaian bawahnya hitam serta ada juga yang
memakai baju bebas seperti orang-orang yang lainnya, sedangkan pakaian
orang-orang Badui dalam adalah memakai ikat kepala dan baju berwarna putih
sedangkan untuk bawahnya memakai kain warna hitam. Untuk bahasa sehari - hari
tidak ada perbedaan dimana mereka semua memakai bahasa sunda sehari-harinya dan
mereka juga bisa berbahasa indonesia tanpa adanya pelajaran bahasa indonesia.
Untuk adat istiadat dan agama yang mereka anut adalah mereka menganut agama
sunda wiwitan dimana mereka mempercayai bahwa leluluhur mereka adalah nabi
Adam, akan tetapi untuk Badui dalam mereka tidak boleh melanggar adat istiadat
yang telah ada dimana bila ada yang melanggar, orang yang melanggar tersebut
akan diusir dari Badui dalam sehingga untuk adat istiadatnya sangat kuat dan tidak
bisa dirubah sedikitpun, kemudian mereka juga terlihat aneh ketika melihat
orang-orang yang datang dan hanya melihat yang datang tanpa mengeluarkan
kata-kata sedikitpun. Kemudian untuk melangsungkan hidup, orang-orang Badui ini
bercocok tanam dipinggiran bukit yang luas dan yang mereka tanam adalah makanan
pokok mereka seperti pisang, singkong dan padi huma. Berbeda dengan yang lain,
merekan bercocok tanam tidak diahan yang datar akan tetapi mereka bercocok
tanam di lahan yang miring dengan kemiringan hampir 50 derajat serta mereka
tidak memerlukan atau repot-repot untuk menyiram tanaman yang mereka tanam
karena kondisi yang berbukit sehingga setiap malam dan menjelang pagi itu
adanya embun yang menyelimuti bukit tersebut.
Jangan salah ketika untuk menuju
ke Badui dalam itu mudah, diperjalanan menuju Badui dalam kami melewati jalan
yang terjal, naik dan turun bukit tetapi itu sangat menyenangkan dan ada
tantangan tersendiri bagi kita semua untuk mencapai suatu tujuan.Untuk sampai
ke kampung Cibeo diperdalaman Badui, dibutuhkan waktu 3-4 jam perjalanan karena
letak perkampungannya cukup jauh dan perjalannya sangat menantang. Tetapi
kalian akan sangat menyesal bila hanya mendengarkan cerita dari orang lain
tentang perjalanan menuju Badui dalam karena meskipun perjalanannya menantang
akan tetapi panorama keindahan alamnya tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata.
Setelah perjalanan yang begitu panjang, akhirnya kami semua sampai
diperkampungan Cibeo Badui dalam dengan semangat yang menggebu-gebu. Di
perkampungan Cibeo ini kami beristrahat disalah satu rumah warga yang menyambut
kami dengan ramah. Dan ada hal yang perlu diingat bahwa ketika sedang berada
diperkampungan Badui dalam itu dilarang menggunakan atau mengoprasikan HP dan
alat elektronik seenak atau sebebas seperi biasanya.
Dan di Badui dalam ini ketika ada remaja yang
sudah menginjak umur 18-20 tahun, mereka akan dinikahkan dengan warga yang lain
seperti yang telah diatur dalam adat istiadatnya sehingga tidak heran muka
warga Badui dalam itu hampir semuanya sama. Untuk kebiasaan Badui itu sendiri
mereka tidak menggunakan bahan-bahan kimia seperti tidak boleh memakai sabun
dan pasta gigi untuk keperluan membersihkan badan dan untuk minum pun mereka
semua tidak memasak air nya terlebih dahulu tetapi langsung meminumnya. Untuk
mengambil airnya, mereka langsung mengambil air disungai dan mata air yang
telah mereka buat. Jangan terkejut bila disungai itu juga digunakan sebagai
tempat membersihkan badan dan memcuci keperluan untuk memasak jadi nikmati saja
kebiasaan di pedalaman Badui bila kalian adalah jiwa seorang petualang. Setelah
beristirahat sejenak, pada sore harinya kami semua berkeliling kampung tersebut
untuk melihat bagaimana keseharian dan kegiatan orang-orang Badui. Disitu juga
tidak hanya kelompok kami saja yang mengunjungi Badui dalam tepatnya
diperkampungan Cibeo ini tetapi banyak kelompok-kelompok lain yang
berbondong-bondong datang ke Cibeo ini sehingga waktu itu perkampungan sangat
ramai oleh orang-orang yang berkunjung. Kami sempat berbincang-bincang dengan
seorang anak kecil yang bernama Sadam dan Amurta dan bertanya kepada mereka
tentang 1 ditambah 1, tetapi mereka tidak mengerti dengan semua itu dan kami
ganti pertanyaan kami dengan 1000 ditambah 1000 itu berapa dan sontak mereka
menjawab 2000. Kami semua terkejut dan tertawa ketika mendengar jawaban dari
mereka dimana 1 ditambah 1 mereka tidak menjawab, akan tetapi disaat ditanya
1000 ditambah 1000 mereka menjawab dengan benar. Itu sangat luar biasa karena
menurut kami orang-orang Badui belajar berhitung itu langsung dari ribuan
terlebih dahulu berbeda dengan kita semua dimana kita semua diajarkan berhitung
itu dari satuan terlebih dahulu. Dan dapat disimpulkan bahwa orang-orang Badui
lebih mengerti berhitung dengan ribuan dari pada berhitung dari satuan terlebih
dahulu karena walaupun mereka tidak mendapatkan pelajaran seperti bersekolah,
mereka sudah mengerti berhitung ribuan karena mereka menyesuaikan diri untuk
memahami tata cara bertransaksi dengan menggunakan uang.
Hari mulai gelap, kemudian saya
dan beberapa rekan pergi menuju ke sungai untuk membersihkan badan. Dan
sesampainya disungai, disitu banyak orang-orang yang sedang membersihkan badan
juga dan kebanyakan adalah seorang wanita. Pemandangan yang sangat tidak bisa
diungkapkan oleh kata-kata ketika teman saya melihat seorang wanita yang sedang
membersihkan badan. Disungai itu juga ikut membersihkan badan dan merasakan air
sungai yang begitu dingin. Setelah membersihkan badan kami pun kembali ke rumah
warga baduy untuk melakukan ibadah dan beristirahat.
Tidak terasa hari pun sudah
mulai pagi dimana kami harus kembali pulang. Saat itu pada waktu pagi hari,
kami semua bersiap-siap untuk pulang. Setelah melakukan sarapan dan persiapan
sudah lengkap akhirnya kami pamit pulang dari Baduy dalam tepatnya di
perkampungan Cibeo. Untuk perjalanan pulang, kami menempuh rute jalan yang
berbeda tetapi kali ini rute perjalananya lebih menantang dan kita semua
disuguhkan dengan keindahan alam yang sangat indah. Di tengah perjalanan pulang
kami sempat ada sekelompok orang Baduy sedang berkebun atau bercocok tanam
tetapi kami semua dilarangan untuk mengabadikan mereka sedang bercocok tanam.
Kami hanya bisa melihat mereka dari dekat dan kemudian melanjutkan perjalanan
kami untuk pulang. Ini adalah pengalamanku yang baru pertamakali berwisata
ketempat perdalaman yaitu ke Baduy dalam tepatnya di perkampungan Cibeo. Kalau
kalian penasaran dan masih bingung dengan keadaan pedalaman Baduy dalam
sebenarnya dan hanya mendengar cerita dari orang lain itu tidak cukup, jadi
kalian harus mencoba dan merasakan sendiri bagaimana dari perjalanan ke Baduy
dalam dan melihat pemandangannya. Dan alhamdulilah kami semua kembali ke Asrama
Sunan Giri dengan selamat dan penuh dengan rasa gembira dan penuh kenangan di
perjalanan ke Baduy dalam. Mungkin saya hanya bercerita sedikit tentang
perjalanan ke Baduy dan tidak menceritakan semua yang saya alami karena mungkin
kalian juga tidak akan percaya dengan apa yang saya ceritakan dan saya alami
selama perjalan ke Baduy dalam dan mungkin hanya diri anda sendiri yang akan
merasakannya sendiri ketika mengunjungi ke Baduy dalam. Selamat mencoba untuk
berwisata atau mengunjungi Baduy dalam.
Dan inilah sedikit moment
yang kami ambil saat diperjalan ke Baduy yang begitu penuh dengan kenangan yang
mungkin takan terlupakan.