MEMBANGUN DARI BAWAH BERTUMPU PADA JARINGAN KOMPUTER
Berbagai pendekatan dalam membangun masyarakat di Indonesia telah
banyak dikembangkan, pendekatan yang umum digunakan di Indonesia adalah
pendekatan dari atas (top-down approach) berdasarkan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang digariskan oleh pemerintah dengan
bertumpu pada jalur-jalur birokrasi yang ada. Untuk keperluan evaluasi
dari berbagai proyek / program yang berjalan berbagai target dicanangkan
pada batasan waktu yang telah ditentukan. Hal yang logis terjadi dalam
sistematika pembangunan dari atas, banyaknya proyek / program yang
berjalan untuk mengejar target-target tersebut. Pendekatan dari atas
tidak terlalu menjadi masalah jika kita membangun sarana fisik. Dalam
membangun masyarakat (manusia), hal yang menjadi penting bukan lagi
tercapainya target akan tetapi justru kesinambungan (sustainable) dari
program / proyek yang berjalan tadi. Evaluasi yang objektif harus
dilakukan beberapa tahun setelah program berakhir, seberapa jauh
masyarakat terus membangun sesuai dengan target yang ditentukan dalam
program sebelumnya.
Berbagai penelitian di perguruan tinggi / lembaga penelitian sosial
di Indonesia banyak ditujukan untuk mencari alternatif-alternatif
pendekatan untuk membangun yang sifatnya justru membangkitkan
partisipasi aktif masyarakat dalam berperan serta untuk membangun
dirinya sendiri dengan dukungan minimal dari atas. Penelitian ini banyak
dimotori antara lain oleh Prof. Hasan Poerbo (PPLH-ITB), Dr. Widjayono
(S2-Pembangunan ITB), Dr. Sugeng Martopo (PSL-UGM) yang bekerjasama
dengan berbagai lembaga internasional. Berbeda dengan pendekatan
sebelumnya, pendekatan yang dilakukan oleh para peneliti ini ternyata
lebih banyak bertumpu pada pendekatan dari bawah (bottom-up approach)
dan partisipasi aktif masyarakat. Karena pendekatan dari bawah memang
bertumpu pada motivasi dan partisipasi aktif masyarakat, akhirnya
kesinambungan pembangunan memang dapat dijaga lebih baik daripada
pendekatan dari atas. Pada kesempatan ini, penulis mencoba melihat
kemungkinan untuk mengimplementasikan pendekatan dari bawah untuk
membangun industri di Indonesia bekerjasama dengan perguruan tinggi
dengan bertumpu pada pra-sarana jaringan komputer yang tengah kami
kembangkan.
Dengan dimotori oleh rekan-rekan peneliti muda yang berdedikasi
seperti R.M.S. Ibrahim (PUSILKOM-UI), Moch. Ichsan (LAPAN), Adi
Indrayanto (PAU-Mikroelektronika ITB) dan rekan-rekan di BPPT, saat ini
jaringan komputer di Indonesia mulai terbentuk dan antara lain
mengkaitkan UI, ITB, BPPT, LAPAN, STT Telkom (Bandung). Sarana
komunikasi yang digunakan juga beragam, ITB-UI-BPPT saat ini banyak
menggunakan jasa PT. TELKOM, walaupun terasa cukup mahal bagi ITB dan UI
yang harus melalukan interlokal ke Jakarta maupun ke Amerika Serikat.
Sampai-sampai ITB sempat beberapa minggu terpaksa menghentikan
interlokal ke UI karena kesulitan dana. Alternatif lain dimotori oleh
rekan R.M.S. Ibrahim (UI), Moch. Ichsan (LAPAN) dan Adi Indrayanto (ITB)
menggunakan teknologi paket radio. Usaha sedang dilakukan untuk membuka
hubungan antara ITB dengan UGM (Pramono Hadi) dan Polyteknik ITB
menggunakan teknologi paket radio. Pada tingkat lanjut, LAPAN, Dr. S.
Nasserie (ITB-IPTN), Prof. Dr. Iskandar Alisyahbana (ITB) berusaha
menjajaki pembuatan dan peluncuran satelit mikro pada orbit rendah untuk
paket radio sehingga membuka kemungkinan untuk menjangkau seluruh
wilayah nusantara. Biaya peluncuran satelit ini sangat murah
dibandingkan dengan PALAPA, terutama karena teknologi satelit tersebut
tersedia di amatir radio.
Diskusi periodik yang mengarah pada bantuan-bantuan baik berupa
perangkat lunak maupun konsultasi teknis terus berjalan dengan kami yang
sedang belajar di luar negeri melalui PAU-Mikro-net yang berpusat di
University of Manitoba, Canada dengan alamat surat elektronik
<pau-mikro@eeserv.ee.umanitoba.ca>. Bahkan bulan Oktober 1992 yang
lalu, rekan Marsudi Kisworo, salah seorang anggota PAU-Mikro-net yang
telah menyelesaikan tugas belajar-nya di Australia, kembali ke Indonesia
dengan membawa mesin komputer-nya yang dipakai untuk menyimpan banyak
sekali perangkat lunak yang dibutuhkan untuk pengembangan jaringan
komputer di Indonesia. Perangkat-perangkat ini bisa diperoleh secara
cuma-cuma, bahkan sebagian dilengkapi dengan program (source code)
maupun skema rangkaian yang dibutuhkan.
Usaha membuka hubungan dengan industri terus kami usahakan antara
lain dengan rekan-rekan dari IPTN/NSI, PT. USI/IBM dan PT. Metrodata
untuk bergabung dalam jaringan komputer tersebut. Pada bulan September
1992 yang lalu, di konferensi Indonesian Aerospace Students in Europe
(ISAE) ke 4 di London, Inggris yang dihadiri oleh KSAU Marsekal Siboen
Dipoeatmodjo dan dibuka oleh Prof. Dr. Harjono Djojodihardjo (Direktur
Pengembangan Metoda Teknologi dan Produksi IPTN) menggantikan Prof. Dr.
B.J. Habibie, atas kebaikan panitia, penulis berkesempatan untuk hadir
dan membawakan makalah tentang teknologi mikroelektronik untuk ruang
angkasa. Dalam pembicaraan-pembicaraan yang dilakukan dengan teman-teman
muda dari IPTN baik yang tengah melakukan tugas belajar di luar negeri
maupun yang datang langsung dari IPTN di Bandung sangat terasa
pentingnya keberadaan media untuk bertukar informasi untuk mempercepat
proses pengembangan teknologi di IPTN baik dari segi teknik mesin
(seperti struktur pesawat) maupun untuk mengembangkan teknologi baru
seperti teknologi Avionic untuk fly-by-wire yang bertumpu pada teknologi
mikroelektronika (yang saat ini sedang giat-giatnya dikembangkan di PAU
Mikroelektronika ITB). Pada diskusi penutupan konferensi IASE-4, terasa
sekali bahwa para peneliti muda IPTN yang antara lain dimotori oleh
rekan A.R. Reksoprojo dan Fetri Miftach sangat merasakan pentingnya
kerjasama dengan lembaga-lembaga lainnya untuk bergerak maju
mengembangkan teknologi pesawat terbang di Indonesia. Rekan
B.S.Reksoprojo yang dalam perjalanan kembali ke IPTN/NSI, sebelumnya
bekerja beberapa tahun di NYNEX sebuah perusahaan telepon yang cukup
besar di Amerika Serikat, telah menyatakan niatnya untuk berusaha
mengembangkan jaringan komputer di IPTN dan mengkaitkannya dengan
jaringan yang saat ini berkembang di perguruan tinggi.
Apa yang bisa kita lihat dalam phenomena di atas? Peneliti-peneliti
muda yang berdedikasi ternyata cukup banyak dan tersebar di berbagai
perguruan tinggi maupun industri di Indonesia. Didorong oleh kemauan dan
dedikasi untuk membangun Indonesia, kami merasakan betapa pentingnya
membentuk jaringan komputer sebagai pra-sarana utama untuk berdiskusi
dan bertukar pikiran yang pada akhirnya mengarah pada
kerjasama-kerjasama antar lembaga maupun kemungkinan untuk mengembangkan
teknologi di industri Indonesia bertumpu pada penelitian di perguruan
tinggi untuk pembangunan di Indonesia. Berbeda dengan program /
kebijaksanaan yang umum berjalan di Indonesia, proses pengembangan
jaringan komputer ini lebih banyak bertumpu pada inisiatif dan dedikasi
para peneliti muda. Bahkan sebagian dari kami rela meluangkan waktu,
tenaga bahkan uang pribadinya untuk keperluan ini di samping menjalankan
tugas-tugas yang telah digariskan. Hasil-hasil nyata yang diperoleh
dari proses pertukaran informasi yang sangat cepat dibantu komputer,
sangat terasa baik bagi teman-teman peneliti di Indonesia maupun kami
yang tengah menjalani tugas belajar di luar negeri. Kerjasama antar
peneliti dari berbagai instansi terus terbentuk untuk saling mendorong
dan membantu dalam membangun. Hal-hal di atas, memungkinan kesinambungan
pembangunan di Indonesia tanpa perlu bergantung sepenuhnya pada
pemerintah pusat. Bahkan saat ini United Nation Development Program
(UNDP) telah menyatakan minatnya (kepada penulis) untuk membantu
pengembangan jaringan komputer ini mengingat sangat pentingnya
pra-sarana jaringan komputer untuk membuka kemungkinan bagi bangsa
Indonesia untuk membangun dari bawah.
Mungkin ada baiknya dipertimbangkan pada tingkat BAPPENAS,
Sekertariat Negara, menteri RISTEK, industri di Indonesia seperti PT.
TELKOM dan PT. INTI maupun di lembaga tertinggi negara seperti DPR/MPR
untuk memberikan kemungkinan yang lebih luas lagi bagi kami
peneliti-peneliti muda di perguruan tinggi dan industri untuk lebih
leluasa bergerak membangun negara Indonesia dari bawah dengan bertumpu
pada jaringan komputer. Insya Allah, pembangunan di Indonesia dapat
berjalan lebih cepat dan berkesinambungan dengan dedikasi dan
partisipasi aktif banyak peneliti muda yang tersebar di Indonesia. Akhir
kata, penulis ingin menyatakan rasa salut penulis kepada rekan R.M.S.
Ibrahim (PUSILKOM-UI), Moch. Ichsan (LAPAN), Adi Indrayanto
(PAU-Mikroelektronika ITB) yang dibantu banyak teman muda lainnya
sehingga memungkinkan terwujudnya awal sebuah jaringan komputer di
perguruan tinggi dan lembaga penelitian di Indonesia. Amien.